Zaman yang Rapuh (Oleh : Ewia Putri)

Ewia Putri Infotainment dan media sosial pada zaman ini telah menjadi lahan subur bagi informasi dan berita yang sulit diterima oleh akal se...

Ewia Putri
Ewia Putri

Infotainment dan media sosial pada zaman ini telah menjadi lahan subur bagi informasi dan berita yang sulit diterima oleh akal sehat. Dalam suasana penuh keprihatinan, berita tragis tentang seorang anak berusia enam tahun yang mengakhiri hidupnya setelah hp-nya disita oleh orang tuanya mengguncang hati kita. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, mengapa mental generasi muda begitu rapuh, dan siapa yang seharusnya bertanggung jawab: orang tua atau dampak zaman yang sulit dikendalikan?

Zaman yang semakin maju ternyata tidak selalu membawa dampak positif pada peradaban anak bangsa. Kejadian tragis tersebut menjadi refleksi dari bagaimana media sosial dan informasi yang tidak terkendali dapat memengaruhi mental anak-anak. Namun, apakah kita dapat benar-benar mengendalikan zaman ini?

Saat melihat permasalahan ini, pertanyaan muncul apakah orang tua juga harus turut bertanggung jawab. Pemberian barang-barang mewah seperti hp tanpa pendidikan dan pembinaan yang memadai menjadi sorotan. Apakah orang tua hanya memikirkan uang tanpa memperhatikan pertumbuhan anak? Pertanyaan ini menjadi semakin mendalam ketika ditemui orang tua yang memberikan hp kepada anaknya tanpa mempertimbangkan dampak media sosial yang tanpa batas.

Saya berkesempatan untuk berbicara dengan seorang ibu yang memberikan hp kepada anak lelakinya yang masih berusia 13 tahun. Dengan santai, ibu tersebut menjawab bahwa semua teman anaknya sudah memiliki hp, sehingga dia merasa tidak bisa tidak memberikan hp kepada anaknya. Jawaban ini mencerminkan bagaimana orang tua terkadang kehilangan akal dan pertimbangan dalam menghadapi tekanan perkembangan zaman.

Sebuah pandangan dari seorang pakar psikologi mengenai situasi masyarakat bisa memberikan wawasan lebih dalam. fenomena ini adalah hasil dari kombinasi faktor, termasuk pengaruh media sosial yang tanpa kendali, kebutuhan anak untuk bersaing dan tidak ingin terlihat berbeda dari teman-temannya, serta kurangnya pendidikan dan pengawasan dari orang tua.

Sebenarnya perkembangan teknologi dan media sosial memberikan tekanan baru pada anak-anak. Mereka merasa perlu untuk selalu terhubung dan terlihat di dunia maya. Seiring dengan itu, ketidakmampuan orang tua untuk memahami dan mengimbangi perkembangan teknologi dengan nilai-nilai moral dan pendidikan yang baik dapat menjadi pemicu masalah.

Selain itu, saya juga menyoroti pentingnya peran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka. Pemberian hp atau barang mewah lainnya seharusnya diimbangi dengan pendidikan tentang penggunaan yang bijak dan etika di dunia digital. Orang tua harus berperan sebagai pengawas yang paham akan risiko dan bahaya yang mungkin dihadapi anak-anak mereka.

Dalam melihat realitas zaman saat ini, peran orang tua bukanlah hanya memberikan kebutuhan materi, tetapi juga memberikan bekal pengetahuan, etika, dan kebijaksanaan kepada anak-anak mereka. Sekolah tidak dapat menjadi satu-satunya sumber pengetahuan; orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anak-anak agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman secara positif. 

Menciptakan keseimbangan antara kebutuhan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan adalah tugas bersama orang tua, pendidik, dan masyarakat. Sudah saatnya kita melihat masalah ini sebagai tantangan bersama dan berkomitmen untuk mengarahkan generasi muda menuju perkembangan yang sehat dan positif. Hanya dengan kerjasama yang kokoh, kita dapat mengendalikan dampak negatif zaman ini dan membentuk anak-anak menjadi individu yang tangguh dan berdaya.(EP)

Related

Opini 6373672141202414124

Terbaru

Hot in week

Komentar

item