Islam Inklusif : Mengenang 1000 Hari Pemikiran Buya Syafii Maarif
Buya Ahmad Syafii Maarif adalah salah satu cendekiawan Muslim Indonesia yang dikenal dengan pemikirannya tentang Islam yang inklusif, mode...

Islam Inklusif dalam Pemikiran Buya Syafii Maarif
Salah satu warisan intelektual Buya Syafii adalah gagasannya tentang Islam inklusif, yaitu Islam yang mampu merangkul perbedaan, menghargai keberagaman, dan tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan universal. Baginya, Islam bukan sekadar agama yang berkutat pada ritus dan hukum, tetapi juga menjadi spirit dalam membangun peradaban yang berkeadaban.
Buya Syafii kerap menekankan bahwa Islam harus tampil sebagai kekuatan moral yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Dalam konteks Indonesia, hal ini berarti Islam harus mampu berinteraksi dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensi ajarannya, serta mendorong terciptanya kehidupan sosial yang damai dan harmonis.
Islam dan Kebangsaan
Sebagai seorang pemikir, Buya Syafii tak hanya berbicara tentang Islam sebagai ajaran teologis, tetapi juga bagaimana Islam berperan dalam kehidupan kebangsaan. Ia menegaskan bahwa Islam dan nasionalisme bukan dua hal yang bertentangan, melainkan bisa berjalan beriringan. Ia menolak pandangan sempit yang ingin menggiring Islam menjadi eksklusif dan menutup diri dari kebangsaan.
Menurutnya, menjadi Muslim yang baik sekaligus warga negara yang baik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Islam mengajarkan keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab sosial, yang semuanya adalah nilai-nilai fundamental dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu, Buya Syafii mengkritik keras segala bentuk ekstremisme, baik dalam bentuk fundamentalisme agama maupun nasionalisme yang berlebihan.
Warisan Pemikiran Buya Syafii Maarif
Mengenang 1000 hari wafatnya Buya Syafii Maarif adalah kesempatan untuk terus menghidupkan pemikirannya dalam kehidupan sehari-hari. Warisan intelektualnya tidak hanya relevan dalam konteks Indonesia, tetapi juga dalam wacana global tentang Islam yang moderat dan inklusif. Beberapa poin penting dari pemikiran beliau yang patut terus digaungkan antara lain:
1. Toleransi dan Dialog Antaragama – Islam bukanlah agama yang eksklusif, tetapi harus terbuka untuk berdialog dengan agama dan kepercayaan lain demi membangun peradaban yang harmonis.
2. Menolak Politik Identitas – Agama tidak boleh digunakan sebagai alat politik yang memecah belah masyarakat. Sebaliknya, agama harus menjadi sumber inspirasi dalam membangun etika politik yang berkeadaban.
3. Pendidikan dan Pencerahan – Buya Syafii sangat menekankan pentingnya pendidikan sebagai jalan menuju kemajuan. Baginya, Islam yang tercerahkan adalah Islam yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan kebebasan berpikir.
4. Kemanusiaan sebagai Inti Ajaran Islam – Islam harus hadir sebagai pembawa pesan keadilan, kesetaraan, dan perdamaian bagi seluruh umat manusia tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau ras.
Pemikiran Buya Syafii Maarif tetap relevan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, baik dalam konteks kebangsaan maupun global. Semangat inklusivitas dan moderasi yang beliau ajarkan menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus memperjuangkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Sebagai bentuk penghormatan, mari kita terus menghidupkan warisan intelektual dan nilai-nilai yang diperjuangkan Buya Syafii dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, gagasan dan pemikirannya akan terus memberi cahaya bagi umat dan bangsa.