RAMAI DITENGAH KESENDIRIAN ; MENUJU UMSPK (4)
Penulis : Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si (Ketua STKIP Sungai Penuh) Hotel Mahkota, Sungai Penuh-Kerinci, Ahad 2 Februari 2025. Udara terasa...

![]() |
Penulis : Dr. Mahli Zainuddin Tago, M.Si (Ketua STKIP Sungai Penuh) |
Hotel Mahkota, Sungai Penuh-Kerinci, Ahad 2 Februari 2025.
Udara terasa sejuk oleh hembusan angin dari hutan pinus di lereng Bukit Barisan di dekatnya. Ba'da zuhur Prof Mahfud, Ustadz Nasrullah, dan Kang Sadi Kembali ke Padang. Maka aku sendiri. Berjuang menjalankan amanat PP Muhammadiyah yang tidak ringan di tempat yang jauh. Tetapi kesendirian tidak berlangsung lama. Secara beruntun banyak sahabat, kerabat, dan sahabat rasa kerabat menemani. Sebagian mereka mendatangi aku dan sebagian aku datangi. Mereka berasal dari lintas waktu dan irisan kedekatan yang beragam. Ada yang baru aku kenal saat tiba di Kerinci sore sebelumnya. Ada yang sudah mengenal aku bahkan ketika aku baru lahir di kampung halaman. Kehadiran mereka dan suasana yang tercipta karenanya membuat aku merasa ramai di tengah kesendirian. Tentang mereka aku bercerita kali ini.
Beberapa minggu sebelumnya aku sudah menghubungi dua sahabat. Haji Harpan yang sebaya dan Dr. Harya Toni yang lebih muda dariku. Dari mereka aku meminta banyak informasi awal terkait tujuanku datang kali ini. Aku sudah mengenal Uda Pan, begitu panggilan akrabku pada Haji Harpan, sejak era 1990-an. Saat itu aku menemani Ustadz Ibnu Juraimi dalam acara Rihlah Dakwah Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Ini adalah acara semalam bersama warga Persyarikatan di PDM. Dimulai dengan shalat Ashar berjamaah dan diakhiri dengan sesi diskusi sebelum matahari terbit. Acara berlangsung di Masjid Raya dan aku Bersama Ustadz Ibnu Juraimi menginap di rumah sekaligus toko Uda Pan. Selesai Rihlah di Kerinci Uda Pan bersama Wo Basyrul ketua PDM Kerinci menghantar kami ke Singkut-Sarolangun untuk melanjutkan Rihlah Dakwah disana.
Sedangankan Ryan, panggilanku untuk Dr. Harya Toni aku kenal sejak dua tahun yang lalu. Saat itu Ryan mulai menjadi Ketua Lazismu Sungai Penuh dan aku di penghujung periode menjadi Ketua Lazismu Pusat. Terkait rencana ke Kerinci kali ini Ryan Bersama Uda Pan banyak membantu khususnya dalam survei mencari lokasi. Setelah aku sampai di Sungai Penuh Ryan yang dosen IAIN Kerinci ini bersama Bang Alwis, Bang Toni, Bang Arif, Fauzi, dan Suprio yang lebih muda banyak menjadi teman diskusiku. Mereka beberapa kali menemaniku begadang di Rumah Dinas sampai larut malam. Sungguh tidak terbayangkan kesulitan yang aku hadapi bila tanpa para tokoh progresif ini. Kami membicarakan banyak hal. Tentang ide-ide besar mengembangkan perguruan tinggi Muhammadiyah. Juga tentang hal-hal teknis terkait relokasi yang menguras energi.
Selanjutnya orang yang baru pertama kali aku temui adalah Haji Nasrul Madin. Aku memanggil beliau Wo Nasrul. Meski baru pertama kali bertemu beberapa irisan hubungnaa mendekatkan kami. Depati Parbo buyut atau puyang beliau adalah pahlawan Kerinci. Sepulang dari pengasingan oleh Belanda di Ternate Depati Parbo naik haji bersama banyak orang. Salah satunya adalah Haji Zainuddin ayahku. Sebelumnya aku sudah mengenal dekat Suhaimi dan Muas dua adik Wo Nasrul. Mereka teman satu kamar kos Buw Mushlih kakak nomor empatku ketika kuliah di Jogja. Saat aku masuk SMP di Jogja pada 1979 mereka senior yang memperlakukan aku seperti adik sendiri. Sedangkan adik Perempuan Wo Nasrul menikah dengan kakak sepupu dua tingkatku. Belakangan cucu mereka kuliah di UII Jogja dimana anakku menjadi dosen mudanya. Betapa sempitnya dunia.
Orang berikutnya yang banyak menemaniku adalah warga Muhammadiyah. Antara lain Dr. Alwis. Malam sebelumnya kami sudah berjumpa di forum PDM Sungai Penuh dimana beliau salah satu unsur pimpinannya. Segera setelah Prof Mahfud dan Kang Sadi pulang ke Padang Bang Alwis menjemput dan mengelilingkan aku ke beberapa Amal Usaha Muhammadiyah di Sungai Penuh. Di ujung perjalanan aku di bawa ke PAY Putri Aisyiah. Aku dipersilahkan memakai Suzuki APV milik Panti ini selama berdinas di Kerinci. Pada minggu kedua aku sudah diminta mengisi pengajian SAHAM atau Subuh Ahad Mengaji di PAY Putra. Disini warga Muhammadiyah shalat shubuh berjamaah, mengaji bersama, dan diakhir dengan makan pagi bersama. Lalu pada hari kesekian kami berkumpul lagi saat pengecoran Gedung Dakwah Muhammadiyah. Sehingga aku tidak lagi sendirian.
Pada minggu kedua aku mulai mengunjungi keluarga. Ada puluhan keluarga dari desaku bermukim di kota Sungai Penuh. Aku mengawalinya dengan shalat shubuh di Masjid Nurul Huda. Masjid ini merupakan wakaf dan berada di kompleks keluarga Haji Damhuri. Istri beliau adalah sepupu dua tingkatku. Tentang beliau aku sudah tuliskan dalam KAKAK MURI. Masjid ini sering menjadi tempat transitku. Khususnya ketika naik travel malam dari Padang sebelum melanjutkan perjalanan ke desaku di hilir. Saat shubuh aku sering bertemu keluarga yang shalat berjamaah disini. Kali ini aku bertemu Haji Panin anak Kakak Muri. Bersama istrinya yang juga kemenakanku kami mengobrol sambil minum kopi di rumah mereka yang megah. Ketika matahari terbit aku pamit. Lalu aku bertemu Haji Irwan kakak Haji Panin. Kamipun mengobrol di rumah kemenakaku yang seorang notaris ini.
Keluarga selanjutnya yang aku kunjungi adalah Mama Ryan. Untuk suatu alasan lima hari pertama aku menginap di hotel. Tentu ini di luar kebiasaan. Tetapi kehadiranku segera tercium oleh Mama Ryan. Saudara sepupuku ini memanggil aku Ncuw dan Ryan anaknya adalah alumni UMY. Mama Ryan lalu menelepon dan “marah” padaku. "Mengapa Ncuw tidak tinggal di rumah saja. Malah tidur di hotel. Disini dan di rumah bawah ada banyak kamar kosong. Tinggal milih mau makai yang mana... " Maka pada hari berikutnya akupun hadir di rumahnya yang megah. Kami makan gulai ikan semah, ikan terenak dan termahal di Kerinci. Pada malam keenam aku pun hijrah ke rumah saudara sepupu ini. Rumah bawah yang dimaksud yang aku tempati adalah sebuah rumah megah bercat putih. Teman-teman lalu menamainya dengan Gedung Putih atau Rumah Dinas.
Tentu aku tidak lupa silaturrahim ke rumah para kemenakan langsung. Di Sungai Penuh berdomisili tiga anak Wo Atmam kakak nomor satuku: Nduih Induk Mia, Naek Induk Danil, dan Danin Induk Rangga. Mereka adalah teman mengajiku di masa kecil di kampung halaman kami. Naek juga teman sekelasku SD. Baik Naek maupun Nduih memiliki anak yang menjadi dokter. Maka kalau ada masalah kesehatan aku bisa langsung menelepon dokter Mia, dokter Legina, dan dokter Teddy. Mereka siap merawat Si Nakek ini yang sedang jauh dari Si Nino yang berada di Jogja. Selanjutnya aku mengujungi Ngah Mirza. Ngah Mir tinggal bersama Kakak Per istri beliau. Kunjungan ke rumah Ngah Mir selalu berakhir dengan makan siang bersama. Masakan Kakak Per sungguh lezat. Membuat aku lupa dengan program diet sebagaimana aku jalani selama ini di Jogja.
Kenyamanan di Sungai Penuh bertambah oleh suasana religius. Suara azan dari empat masjid terdengar jelas dari Rumah Dinas. Ada Masjid Nurul Huda yang aku ceritakan di atas. Lalu ada Masjid Syatariah milik kelompok Tarekat Syatariyah. Tidak terlalu jauh juga berdiri Masjid Hijau yang menjadi markas Jamiatul Islamiyah (JMI). Sebuah masjid bahkan beradu punggung dengan Rumah Dinas. Sehingga suara azan, terutama azan shubuh, terdengar sangat keras. Masjid ini adalah markaz Jamaah Tabligh Kerinci. Aku tidak asing dengan para jamaah pecinta masjid ini. Masjid Iman Wijaya di kampung kami di Ringroad Selatan Jogja sering menjadi Lokasi khuruj atau bermukim kawan-kawan Jamaah Tablig selama beberapa hari. Kehangantan berjamaah tentu membantu mengusir kesendirianku.
Gedung Pertemuan Desa Gedang-Sungai Bungkal, Sabtu 15 Februari 2025.
Suasana sangat meriah. Beberapa Bapak sedang menikmati hidup dengan bermain badminton. Mereka sebaya, sebagian lebih muda, dan lebih banyak lebih tua dariku. Ada pengusaha, ASN, pensiunan, dosen, juga Guru Besar. Rabu dan Sabtu pagi menjadi jadwal tetap. Menurut Buya Harmalis, mantan Kakandepag Kerinci yang humoris, pada dua hari itu tidak boleh ada rapat. Bahkan jika bisa pada hari itu tidak boleh ada kematian. Hanya ada badminton. Sebagaimana pada kehadiran pertama pada kehadiran kedua aku diterima penuh kehangatan. Maka tanpa terasa dua minggu lebih aku berada di Kerinci. Tetapi aku tidak merasa sendiri. Disini ada banyak orang baik menemani. Meski istri, anak, cucu dan calon cucuku berada di Jogja dan di Norwegia. Alhamdu lillaah.
Hotel Candiview Semarang, 23 Pebruari 2025.